ResKing

Informasi dan Edukasi

Jenis-jenis Strategi Belajar

Menurut Nur (2000) secara tradisional, siswa diminta untuk melakukan sejumlah besar tugas-tugas belajar di sekolah, seperti berlatih soal perkalian, menghafal suatu pidato, mengarang, dan mengumpulkan informasi perpustakaan. Meskipun penyelesaian tugas-tugas ini secara berhasil merupakan tujuan pembelajaran paling layak, satu hal yang lebih penting adalah menguasai dengan tuntas proses pembelajaran itu sendiri : mendiagnose situasi pembelajaran secara akurat, memilih suatu strategi belajar yang cocok, dan memonitor keefektifan strategi tersebut. Melalui uraian tersebut diharapkan guru dapat mengubah teori kognitif dan teori pemrosesan mformasi menjadi strategi belajar yang khas. Berikut ini diberikan pemerian rinci dari empat jenis utama strategi belajar, termasuk strategi mengulang, strategi elaborasi, strategi organisasi, dan strategi metakognitif, yaitu :

1. Strategi Mengulang

Agar terjadi pembelajaran, siswa harus menindaki informasi baru dan

menghubungkannya dengan informasi sebelumnya. Strategi mengulang ada 2 macam, (1) strategi mengulang sederhana yaitu sekedar mengulang dengan keras atau dengan pelan informasi yang ingin kita hafal. (2) strategi mengulang komplek yaitu dengan cara menggaris bawah ide-ide utama (underlining) dan membuat catatan pinggir (marginal note).

Strategi mengulang membantu memindahkan pembelajaran dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang namun tidak membantu membuat bermakna informasi baru tersebut (Nur, 2000).

Menurut Thomas Devine dalam Omstein (1991) bahwa menggarisbawahi, pada umumnya, nampaknya menjadi kurang efektif pendekatannya, karena bersifat pasif. Siswa cenderung untuk menggarisbawahi terlalu banyak, pemusatannya pada beberapa bit dari informasi (nama-nama dan data-data) dan tidak memberikan penyerapan dan pemrosesan informasi. Strategi menggarisbawahi (underlining) ini dipadukan dengan membuat catatan (note taking). Hal ini menghindari kecenderungan siswa untuk menggarisbawahi terlalu banyak.

2. Strategi Elaborasi

Elaborasi adalah proses menambahkan rincian sehingga informasi baru lebih bermakna dan membuat belajar lebih mudah. Strategi elaborasi yang sering digunakan adalah:

a. Pembuatan Catatan (note taking)

Pembuatan Catatan (note taking) membantu siswa dalam mempelajari informasi ini dengan secara singkat dan padat menyimpan informasi itu untuk ulangan dan dihafal kelak. Bila dilakukan dengan benar, pembuatan catatan juga membantu mengorganisasikan informasi sehingga informasi itu dapat diproses dan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada secara efektif (Nur,2000).

Membuat catatan adalah strategi belajar yang penting yang dapat mempraktiskan pada semua siswa. Catatan merupakan dasar permulaan menulis atau berbicara. Pada semua kasus, siswa memerlukan pengajaran untuk mencatat informasi yang penting didalam kelasnya dan belajarnya.

Penelitian menunjukkan bahwa fungsi dan kegunaan dari membuat catatan adalah bermacam-macam. Beberapa data menunjukkan adanya korelasi positif antara membuat catatan dan keberhasilan siswa, sedangkan efek lain tidak ditemukan, dan tak sedikitpun menunjukkan korelasi negatif (0mstein,1990).

Pembuatan catatan secara matrik dapat digunakan sebagai suatu cara pengelaborasian dan pembuatan perbandingan untuk informasi komplek

b. Analogi

Analogi adalah pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara ciri-ciri pokok sesuatu benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti jantung dengan pompa. Analogi dapat membantu siswa mempelajari informasi baru dengan menghubungkan informasi-informasi baru tersebut dengan konsep-konsep yang telah dipahami.

c. Metode PQ4R

Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. Kepanjangan PQ4R adalah preview, Question, Read, Reflect, Recite dan Review (Nur, 2000).

3. Strategi Organisasi

Strategi ini bertujuan membanta siswa meningkatkan kebermaknaan materi baru yang meliputi :

a. Pembuatan Kerangka (Outlining)

Pembuatan kerangka menyajikan poin-poin utama dari suatu materi dalam format yang tersusun secara hirarkis. Dalam hal ini siswa belajar menghubungkan beragam topik atau ide-ide kepada suatu ide utama. Menurut Devine dalam Omsteins (1991) membuat kerangka penting untuk konsep-konsep dan kata-kata pada catatan tersendiri/terpisah.

b. Pemetaan (mapping)

Pemetaan disebut juga peta konsep yaitu merupakan pendiagraman ide-ide utama dan hubungan-hubungan antara ide-ide utama itu. Peta konsep menyatakan hubungan bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proporsi-proporsi. Setiap proporsi terdiri atas dua konsep yang dihubungkan dengan kata penghubung dan mengandung gagasan yang bermakna.

Menurut Novak dan Gowin dalan Sutowijoyo (2002), peta konsep merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berhubungan dan bermakna dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan gabungan dua konsep atau lebih yang dihubungkan dengan kata-kata penghubung. Sedangkan concept map menurut Trochim adalah suatu proses yang dapat dipakai kelompok dalam menunaikan ide-ide pada beberapa topik yang menarik.

Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:

a. Peta konsep atau pemetaan adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi atau matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

b. Suatu peta konsep merupakan gambaran dua dimensi dari suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep-konsep.

c. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.

d. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.


Novak dan Gowin (dalam Sutowijoyo,2002) menyatakan bahwa fungsi peta konsep dapat membuat jelas gagasan pokok bagi guru dan siswa yang sedang memusatkan perhatian pada tugas pelajaran yang spesifik. Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahannya. Peta konsep akhirnya dapat digunakan sebagai ringkasan skematik materi pelajaran yang berisi hubungan konsep-konsep. Peta konsep yang dibuat murid membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri atau disiplin ilmunya.

4. Strategi Metakognitif.

Strategi metakognitif berhubungan dengan berpikir siswa tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat. Kebanyakan para ahli sependapat bahwa metakognisi memiliki dua komponen : pengetahuan tentang kognisi, dan mekanisme pengendalian-diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif (Gagne,1993;Nur 2000).

Pengetahuan tentang kognisi terdiri dari informasi dan pemahaman yang dimiliki seorang pebelajar tentang proses berfikirnya sendiri disamping pengetahuan tentang berbagai Strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelajaran tertentu. Pemonitoran kognisi adalah kemampuan siswa untuk memilih, menggunakan, dan memonitor strategi-strategi belajar yang cocok dengan gaya belajar mereka sendiri maupun dengan situasi yang sedang dihadapi (Nur, 2000).
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
 
Copyright © 2015 ResKing - All Rights Reserved
Template By Kunci Dunia
Back To Top